Judul
: The Strawberry Surprise
Penulis
: Desi Puspitasari
Tebal
: 270 halaman
Penerbit
: Bentang Pustaka
Terbit
: Mei 2013
ISBN
: 978-602-7888-36-4
Rate
: 4/5
Dalam
novel ini kita akan diajak untuk memahami makna setiap momen dalam kehidupan
lewat fotografi. Ingatan seseorang itu seperti mata seorang fotografer, yang
siap mengevaluasi setiap momen yang ditangkap oleh kameranya. “Dalam setiap momen
tersebut terdapat segenap keterhubungan yang terlibat dan terus-menerus
bergerak.” – Anggi
– Halaman 12. Bahwa
ingatan seseorang itu ibarat rangkaian kenangan yang tercetak dalam setiap
foto. Tak heran bila kenangan-kenangan itu kadang muncul dalam benak kita
secara tiba-tiba tanpa memandang waktu.
“Bila
dalam lima tahun kita masih sendiri dan belum menikah, kita akan bertemu lagi.
Mencoba kembali menjalin hubungan. Temui aku saat kau mendengar tawaku!” Anggi.
Setelah lima tahun
berlalu, siapa
sangka semangkuk stroberi itu dihidangkan kembali oleh Timur yang mampu melunakkan
hati Anggi. Perlahan, ia menikmati setiap kejutan yang diberikan oleh Timur.
Bahkan, dia mulai berhenti untuk selalu menganalisis
segala hal romansa dengan begitu rasional.
“Apa
yang kamu sebut perasaan picisan itu bisa jadi hanya rasa takutmu saja. Yang
lahir dari kekecewaan atau ketidaknyamanan pengalaman pada masa lalu. Cobalah
untuk tidak terlalu tegang dan serius. Bisa jadi sesuatu yang bernama perasaan
suka atau jatuh cinta kembali itu akan menarik bila kamu sedikit relaks.” – Anggi – Halaman 174
The Strawberry Surprise, sebuah novel dengan tema “Stroberi”
yang menyajikan rasa manis dan masam yang ingin disampaikan dalam kisahnya. Alur
ceritanya dibuka dengan rasa manis yang mengejutkan dengan kehadiran Timur
kembali. Mulai ke tengah, ada rasa masam seperti perkenalannya dengan
dua pria lain yaitu Thomas dan Wisnu. Menjalin hubungan dengan pria baru dengan
harapan mendapatkan perlakuan cinta yang baru, namun justru mendapatkan cinta
yang memuakkan dan menjengkelkan. Dan di akhir cerita, muncul rasa manis yang mengejutkan yang
selalu dihadirkan oleh Timur dalam setiap pertemuan mereka. Menjalin hubungan
kembali dengan seorang mantan yang mungkin akan terasa menjemukan, malah
membuat Anggi menemukan kenyamanan pada dirinya sendiri. Momen ini benar-benar
mewakili sifat dari stroberi yang tak terduga.
Bagi Saya, novel ini adalah novel roman yang sangat
romantis. Membuat pembaca masuk pada bagian-bagian yang memikat hati. Dari
konflik yang dibangun penulis, kita disuguhi pesan psikologis bahwa cinta itu
tidak dapat selalu dinilai dengan cara berfikir rasional. Selain
itu kita dapat mencicipi arti kehidupan bahwa dalam berpasangan, tugas kita
adalah saling melengkapi kekurangan dan kelebihan. Semua dinikmati dan dijalani
bersama-sama.
“Kehidupan dalam
pernikahan itu seperti semangkuk penuh stroberi, bukan? Ada bagian masam. Ada
bagian Manis. Hasil foto ini juga seperti stroberi, bukan? Gambar lepas fokus
seperti stroberi kecut. Tawa dan senyum lebar kita adalah bagian yang manis.
Lalu, separuh itu? Bukankah itu yang namanya cinta dalam pernikahan? Yang
separuh-separuh itu dijadikan satu untuk saling melengkapi.” – Timur – Halaman 267
“Jadi
stroberi macam apa aku?” –
Timur
– Halaman 267
“Kamu
tidak termasuk salah satu jenis stroberi apa pun karena kamu adalah rekan untuk
menikmati semangkuk stroberi bersama” – Anggi – Halaman 267
Kelebihan dari novel ini adalah dapat memotivasi kita untuk mengunjungi
tempat-tempat baru yang berbau seni seperti galeri seni, taman budaya, dan dapat
menunjukkan kearifan lokal kota di sekitar kita. Dengan bahasa penulisan yang berbau
khas jawa lalu dibubuhi pengetahuan Bahasa Prancis sang penulis, menjadikan
novel ini semakin menarik dan menambah pengetahuan bahasa asing namun tetap
menjunjung tinggi keunikan bahasa lokal. Novel ini juga sangat informatif
dengan pengetahuannya tentang dunia fotografi. Sehingga kisahnya lebih
aplikatif dan tidak monoton. Kesan terakhir dari Saya, novel ini sangat direkomendasikan
untuk semua pembaca yang menyukai novel roman dengan gaya bahasa yang unik dan
inspiratif.